Kata Allah, Ilaah dan Rabb Secara Bahasa
ILAHI
إله berasal dari kata أَلَه يَأْلَهُ بالفتح فيهما إِلاَهَةً أي عَبَد
yakni alaha ya’lahu ilaahatan bermakna ‘abada (menyembah)
إلاَه على فِعَال بمعنى مفعول لأنه مَألُوه أي مَعْبُود
Ilaah di atas wazan fi’aal bermakna maf’uul karena dia ma’luuh yakni ma’buud (yang disembah) [Mukhtar ash-Shihah 1/13 (MS)]
Sehingga makna Ilaah adalah Ma’buud (Yang disembah atau Sesembahan)
الإلَهُ الله عز وجل وكل ما اتخذ من دونه معبوداً إلَهٌ عند متخذه
al-Ilaah adalah ALLAH ‘azza wa jalla dan setiap yang dijadikan sesembahan selain ALLAH disebut ilaah oleh yang menjadikannya [Lisaan al-‘Arab 13/467 (MS)]
Sehingga orang-orang musyrik menamai sesembahan mereka selain ALLAH sebagai ilaah. Bentuk jamak (plural) dari ilaah adalah aalihah.
Tuhan atau dalam bahasa Arab disebut sebagai Ilah adalah segala sesuatu yang dominan di dalam hati dan pikiran atau jiwa saya.
Jika yang dominan di jiwa saya adalah anak, dimana segala sesuatu yang saya lakukan termasuk bekerja dan hidup adalah untuk anak, maka anak telah menjadi tuhan saya.
Marilah kita perhatikan Surat 7:189-192, Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami terraasuk orang-orang yang bersyukur.” Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Jika yang dominan di jiwa saya adalah keluarga dan pekerjaan, maka mereka telah menjadi berhala atau tuhan selain Allah, sebagaimana disebutkan dalam Surat 9:24, Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Sebagaimana disebutkan dalam email sebelumnya bahwa berhala bukanlah patung, tetapi segala sesuatu yang mendominasi hati dan pikiran kita selain dari Allah, sebagaimana disebutkan dalam Surat 9:194, Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu lalu biarkanlah mereka mmperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar.
Tidak menjadikan berhala seperti anak, pekerjaan, harta dan sebagainya bukan berarti saya tidak diperbolehkan untuk mengurus dan mencari semua itu, tetapi setiap saat ketika kita mengurus semua hal tersebut, yang dominan di hati dan pikiran kita tetaplah mencari keridhoan Allah semata. Segala kegiatan hidup selayaknya dibungkus dalam mencari keridhoan Allah semata.
RABB
ربّ berasal dari kata
رَبُّ كل شيء مالِكُه
Rabb segala sesuatu adalah Maalik(penguasa atau pemilik)nya. [Mukhtar ash-Shihah 1/111 (MS)]
Hal semakna juga disebutkan oleh Ibnu Mandzur [Lisaan al-‘Arab 1/399 (MS)]
Sehingga makna Rabb adalah Maalik yakni penguasa atau pemilik.
*MS = al-Maktabah asy-Syaamilah
Rabb memiliki makna sebagai Pengatur. Allah sebagai pengatur alam disebut sebagai Rabbul Alamiin sebagaimana disebutkan dalam Surat 1:2,Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Allah sebagai pengatur manusia disebut sebagai Rabbin Nas sebagaimana disebutkan dalam Surat 114:1,Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
Dalam menjalankan fungsi Allah sebagai pengatur, Allah tidaklah bersifat otoriter tetapi menggunakan aturan hukum yang disebut sebagai sunnatullah. Dalam mengatur alam semesta, Allah menggunakan aturan yang konsisten dan tidak berubah-ubah, sebagaimana disebutkan dalam
Surat 38:87, Al Quran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam.
Surat 81:27, Al Qur’aan itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam,
Dalam mengatur manusia, Allah pun menggunakan aturan yang baku yang disebut al Kitab, sebagaimana disebutkan dalam Surat 45:20, Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.
Pertemuan dengan Rabb
Di dalam al Quran, Allah memberikan kesempatan bagi saya untuk dapat bertemu dengannya dalam wujud Rabb atau Pengatur, sebagaimana disebutkan dalam
Surat 18:110, Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa.” Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.”
Surat 84:6, Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.
Kesempatan untuk melakukan pertemuan dengan Tuhan sewaktu kita masih hidup ini adalah dalam wujud Rabb yaitu bertemu dengan aturan-Nya sehingga Tuhan mulai berkomunikasi dengan saya dengan tiga macam jalur komunikasi sebagaimana disebutkan dalam Surat 42:51-52, Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Allah
Menuhankan Allah berarti yang dominan di hati dan pikiran saya adalah Allah semata. Makna Allah atau dalam terminologi lain disebut sebagai Yahwe, Yehova atau Ilohim memiliki arti Dzat Maha Dahsyat Kasih Sayang. Marilah kita perhatikan:
Surat 6:12, Katakanlah: “Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi.” Katakanlah: “Kepunyaan Allah.” Dia telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. Orang-orang yang meragukan dirinya mereka itu tidak beriman.
Surat 6:54, Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: “Salaamun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sebagaimana telah dibahas dalam email sebelumnya, bahwa Allah yang bersifat Dzat Maha Dahsyat Kasih Sayang ini memiliki ajaran atau ASMA atau ISME kasih sayang yang selayaknya dilakukan manusia yang ingin menjadi khalifah atau wakil atau penggantinya di muka bumi, sebagaimana disebutkan dalam Surat 17:110, Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.”
sumber:
https://abinyaraafi.wordpress.com/2011/12/30/perbedaan-kata-ilaah-%D8%A5%D9%84%D9%87-dan-rabb-%D8%B1%D8%A8%D9%91-secara-bahasa/
https://blogngaji.wordpress.com/2012/07/30/beda-tuhan-ilah-allah-rabb-dan-malik/
Comments
Post a Comment